Senin, 20 Juni 2011

Filsafat dalam Matematika dan Kehidupan

Kuliah Pak Marsigit - 26 Mei 2011

Kuliah yang terakhir dari perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika bisa dibilang merupakan sedikit rangkuman dari kuliah-kuliah yang sebelumnya. Di dalamnya terdapat pesan kepada para mahasiswa dari dosen pembimbing, Pak Marsigit yang tak pernah lelah untuk mengingatkan bahwa suatu kesombongan akan menjatuhkan kita sendiri. Sehingga untuk menghindari atau mengurangi kesombongan yang ada sebaiknya kita rajin-rajin dalam membaca elegi agar bisa saling berkomunikasi dengan Beliau. Beliah membiarkan kita untuk bebas berkata-kata dalam memberikan komentar dalam elegi Beliau, akan tetapi harus diingat etika, etik, dan sopan dalam bertutur. Komen haruslah bisa mencerminkan apa yang kita pikirkan secara matang tidak hanya sekedar untuk mengisi saja karena dengan komen Beliau akan mampu untuk membaca pikiran dari mahasiswa.

Berfilsafat itu berbicara tentang hakekat, tidak mudah orang berbicara tentang hakekat tersebut karena kita harus bisa melihat kepada siapa kita akan berbicara, karena berbicara kepada orang yang lebih tua belum tentu dapat dipahami, malah kadang bisa dianggap lancang karena dimensi yang berbeda. Sedang di sisi lain bisa dibilang sebagai pemikir kritis, karena itulah kita harus mampu untuk menaruh diri dalam berbicara. Kita harus bisa kritis dalam melihat ruang dan waktu dalam membicarakan hakekat ini.

Dalam elegi Pak Marsigit, ada yang membahas tentang permohonan maaf atas kemarahan filsafat yang di dalamnya berarti bagaimana kita bisa menempatkan diri dalam filsafat atau berbicara filsafat. Kemudian kesombongan atau arogansi dalam berfilsafat bisa terjadi bila kita berbicara tidak sesuai dengan kapasitas kita dan untuk dapat berkapasitas yang baik akan ada resiko dan dampak yang kita rasakan. Secara psikologis akan diolah dalam resiko, harapan, dan tantangan. Dalam mencapai suatu kapasitas tertentu tentu saja kita butuh untuk usaha dan kerja keras.

Selain itu, Pak Marsigit berbicara tentang standar isi yang ada di Indonesia atau sistem yang dianut oleh Indonesia. Hal ini karena, standar isi merupakan hal yang statik diam dan tidak sesuai dengan perkembangan yang terjadi di dunia sekolah sendiri. Pembuatnya seolah-olah merupakan malaikat yang tahu akan sekolah dan yang akan terjadi sehingga merumuskan standar isi tersebut. Sebaiknya, menggunakan strike of targe mathematics realistic karena hal tersebut akan sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lapangan. Tentu saja akan disesuaikan dengan keadaan sekitarnya, yaitu ruang dan waktu. Standar isi sudah tidak sesuai dengan hakekat matematika, hakekat sekolah, hakekat mengajar, dan lainnya.

Pak Marsigit pun sudah sempat berbincang dengan Pak Pono yang keduanya sama membicarakan tentang hakekat, akan tetapi semua itu kembali lagi kepada dari pada motif atau motivasi yang dijunjung dalam membicarakan hakekat tersebut. Pak Marsigti terus saja menjunjung idealism meskipun akan ada kontradiksi dan kontrofersi dalam hidup, tapi idealism ini tidak bolehlah luntur. Meskipun kadang belum tentu semua orang itu mampu memegang teguh idealism mereka.

Pendidikan karakter paling tinggi adalah melalui normatif dan spiritual. Di kraton misalnya, tidak mengusir tetapi memluk atau merangkul setan. Sehingga Sri Sultan HB ke-9 menikah dengan Nyi Roro Kidul atau yang dikenal sebagai penuggu laut selatan.

Hal ini menyebabkan bahayanya dalam berfilsafat dalam taraf ini adalh jika terjadinya filsafat yang partial atau separuh-separuh. Orang bisa tersesat dan mungkin yang parah bisa jadi gila. Bagus jika kita bisa lupa tetapi jika kita memaksa dan tetap tidak mengerti bisa berefet yang berbahya. Sehingga kita tidak boleh setengah-setengah dalam mempelajari filsafat.

Kembali lagi dalam berpikiran kritis dalam membicarakan filsafat itu penting, berbeda pendapat tentu saja sah-sah saja. Semua itu tergantung dari banyak aspek yang ada misalnya saja dimensi pikiran, ruang, waktu, latar belakang, dll. Misalnya hantu yang jika kita sekedar saja tidaklah menjadi masalah tapi jika sampai mempengaruhi mental dan kehidupan apalagi kepercayaan itu akan jadi berbahaya.

Dalam penerapan pendidikan matematika, terdapat istilah two oneness.
Misalnya saja,
ax^2 + bx
Dalam tulisan di atas, saya akan lebih memperhatikan atau fokus kepada bx tapi masih memikirkan atau mengingat ax^2.

Kemudian,
ax^2 + bx + c = 0
Saya akan memperhatikan c tapi masih juga mengingat ax^2 + bx.
Hal tersebut akan ada yang berjalan, hal ini akan dampak pada.

0 REM
10 INPUT A
20 A = A +1
30 PRINT A
40 GOTO 10

Kemudian, dalam kasus yang lainnya.
A/~ = 0.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hal apapun terus-menerus minta maaf dengan harapan Tuhan memaafkan bahkan saat kita tidak sadar atau tidur pun sebaiknya juga terus minta maaf.

B^0 = 1 atau x^0 = 1
Hal ini merupakan keikhlasan, setinggi apapun kedudukan orang yang ikhlas akan lebih tinggi dari dia.

Dalam hal ini,
keikhlasan itu bersimbol dengan 0
kekuasaan Tuhan itu 1.
Akan tetapi jika semua itu terlalu berlebihan atau mempercayai angka-angka tertentu akan jadi berbahaya sampai dimitoskan atau bahkan bisa dibuat kitab suci sendiri.

Kembali ke filsafat pendidikan matematika, dalam hal ini benda ruang, yaitu benda matematika dengan idelism dan abstraksi. Pada siswa SMP/ SMA untuk mengembangkan kita harus bisa memperdalam secara intensif dan extensif di setiap sisinya. Hal ini kembali ke diri masing-masing yang mampu menggunakan perspektif filsafat pendidikan matematika.

Di SMA tidak perlu filsafat pendidikan matematika tapi semua cukup hakekat ke-1, hakekat ke-2, hakekat ke-3, dsb. Sebagai contoh:
Seseorang yang determinis sebelum belajar filsafat tidak peduli tetapi karena filsafat jadi lebih perhatian dan perduli dengan ontologi siswa yaitu yang ada, mengada, dan sebagai pengada. Belajar dari filsafat disebut agar mempunyai ketrampilan untuk bisa transformasi dari dunia ke satu ke yang lainnya.

Maka setinggi-tingginya filsafat belajar matematika adalah jika sampai pada keaadaan di mana siswa itu sendirilah sebagai matematika.