Senin, 20 Juni 2011

Filsafat dalam Matematika dan Kehidupan

Kuliah Pak Marsigit - 26 Mei 2011

Kuliah yang terakhir dari perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika bisa dibilang merupakan sedikit rangkuman dari kuliah-kuliah yang sebelumnya. Di dalamnya terdapat pesan kepada para mahasiswa dari dosen pembimbing, Pak Marsigit yang tak pernah lelah untuk mengingatkan bahwa suatu kesombongan akan menjatuhkan kita sendiri. Sehingga untuk menghindari atau mengurangi kesombongan yang ada sebaiknya kita rajin-rajin dalam membaca elegi agar bisa saling berkomunikasi dengan Beliau. Beliah membiarkan kita untuk bebas berkata-kata dalam memberikan komentar dalam elegi Beliau, akan tetapi harus diingat etika, etik, dan sopan dalam bertutur. Komen haruslah bisa mencerminkan apa yang kita pikirkan secara matang tidak hanya sekedar untuk mengisi saja karena dengan komen Beliau akan mampu untuk membaca pikiran dari mahasiswa.

Berfilsafat itu berbicara tentang hakekat, tidak mudah orang berbicara tentang hakekat tersebut karena kita harus bisa melihat kepada siapa kita akan berbicara, karena berbicara kepada orang yang lebih tua belum tentu dapat dipahami, malah kadang bisa dianggap lancang karena dimensi yang berbeda. Sedang di sisi lain bisa dibilang sebagai pemikir kritis, karena itulah kita harus mampu untuk menaruh diri dalam berbicara. Kita harus bisa kritis dalam melihat ruang dan waktu dalam membicarakan hakekat ini.

Dalam elegi Pak Marsigit, ada yang membahas tentang permohonan maaf atas kemarahan filsafat yang di dalamnya berarti bagaimana kita bisa menempatkan diri dalam filsafat atau berbicara filsafat. Kemudian kesombongan atau arogansi dalam berfilsafat bisa terjadi bila kita berbicara tidak sesuai dengan kapasitas kita dan untuk dapat berkapasitas yang baik akan ada resiko dan dampak yang kita rasakan. Secara psikologis akan diolah dalam resiko, harapan, dan tantangan. Dalam mencapai suatu kapasitas tertentu tentu saja kita butuh untuk usaha dan kerja keras.

Selain itu, Pak Marsigit berbicara tentang standar isi yang ada di Indonesia atau sistem yang dianut oleh Indonesia. Hal ini karena, standar isi merupakan hal yang statik diam dan tidak sesuai dengan perkembangan yang terjadi di dunia sekolah sendiri. Pembuatnya seolah-olah merupakan malaikat yang tahu akan sekolah dan yang akan terjadi sehingga merumuskan standar isi tersebut. Sebaiknya, menggunakan strike of targe mathematics realistic karena hal tersebut akan sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lapangan. Tentu saja akan disesuaikan dengan keadaan sekitarnya, yaitu ruang dan waktu. Standar isi sudah tidak sesuai dengan hakekat matematika, hakekat sekolah, hakekat mengajar, dan lainnya.

Pak Marsigit pun sudah sempat berbincang dengan Pak Pono yang keduanya sama membicarakan tentang hakekat, akan tetapi semua itu kembali lagi kepada dari pada motif atau motivasi yang dijunjung dalam membicarakan hakekat tersebut. Pak Marsigti terus saja menjunjung idealism meskipun akan ada kontradiksi dan kontrofersi dalam hidup, tapi idealism ini tidak bolehlah luntur. Meskipun kadang belum tentu semua orang itu mampu memegang teguh idealism mereka.

Pendidikan karakter paling tinggi adalah melalui normatif dan spiritual. Di kraton misalnya, tidak mengusir tetapi memluk atau merangkul setan. Sehingga Sri Sultan HB ke-9 menikah dengan Nyi Roro Kidul atau yang dikenal sebagai penuggu laut selatan.

Hal ini menyebabkan bahayanya dalam berfilsafat dalam taraf ini adalh jika terjadinya filsafat yang partial atau separuh-separuh. Orang bisa tersesat dan mungkin yang parah bisa jadi gila. Bagus jika kita bisa lupa tetapi jika kita memaksa dan tetap tidak mengerti bisa berefet yang berbahya. Sehingga kita tidak boleh setengah-setengah dalam mempelajari filsafat.

Kembali lagi dalam berpikiran kritis dalam membicarakan filsafat itu penting, berbeda pendapat tentu saja sah-sah saja. Semua itu tergantung dari banyak aspek yang ada misalnya saja dimensi pikiran, ruang, waktu, latar belakang, dll. Misalnya hantu yang jika kita sekedar saja tidaklah menjadi masalah tapi jika sampai mempengaruhi mental dan kehidupan apalagi kepercayaan itu akan jadi berbahaya.

Dalam penerapan pendidikan matematika, terdapat istilah two oneness.
Misalnya saja,
ax^2 + bx
Dalam tulisan di atas, saya akan lebih memperhatikan atau fokus kepada bx tapi masih memikirkan atau mengingat ax^2.

Kemudian,
ax^2 + bx + c = 0
Saya akan memperhatikan c tapi masih juga mengingat ax^2 + bx.
Hal tersebut akan ada yang berjalan, hal ini akan dampak pada.

0 REM
10 INPUT A
20 A = A +1
30 PRINT A
40 GOTO 10

Kemudian, dalam kasus yang lainnya.
A/~ = 0.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hal apapun terus-menerus minta maaf dengan harapan Tuhan memaafkan bahkan saat kita tidak sadar atau tidur pun sebaiknya juga terus minta maaf.

B^0 = 1 atau x^0 = 1
Hal ini merupakan keikhlasan, setinggi apapun kedudukan orang yang ikhlas akan lebih tinggi dari dia.

Dalam hal ini,
keikhlasan itu bersimbol dengan 0
kekuasaan Tuhan itu 1.
Akan tetapi jika semua itu terlalu berlebihan atau mempercayai angka-angka tertentu akan jadi berbahaya sampai dimitoskan atau bahkan bisa dibuat kitab suci sendiri.

Kembali ke filsafat pendidikan matematika, dalam hal ini benda ruang, yaitu benda matematika dengan idelism dan abstraksi. Pada siswa SMP/ SMA untuk mengembangkan kita harus bisa memperdalam secara intensif dan extensif di setiap sisinya. Hal ini kembali ke diri masing-masing yang mampu menggunakan perspektif filsafat pendidikan matematika.

Di SMA tidak perlu filsafat pendidikan matematika tapi semua cukup hakekat ke-1, hakekat ke-2, hakekat ke-3, dsb. Sebagai contoh:
Seseorang yang determinis sebelum belajar filsafat tidak peduli tetapi karena filsafat jadi lebih perhatian dan perduli dengan ontologi siswa yaitu yang ada, mengada, dan sebagai pengada. Belajar dari filsafat disebut agar mempunyai ketrampilan untuk bisa transformasi dari dunia ke satu ke yang lainnya.

Maka setinggi-tingginya filsafat belajar matematika adalah jika sampai pada keaadaan di mana siswa itu sendirilah sebagai matematika.

Rabu, 25 Mei 2011

Dimensi Kehidupan

Kuliah Pak Marsigit – Kamis, 9 Mei 2011

Dalam dunia ini terdapat dua sisi yang dapat menggambarkan dimensi kehidupan yang ada. Semua tersebut tersebut membentuk dimensi-dimensi yang sangat kompleks. Semua sisi tersebut bisa dibilang terbagi dari dua kutub, kedua sisi tersebut kemudian membentuk sumbu-sumbu. Contohnya dapat terlihat dari gambar di bawah ini.




Selain itu, ada banyak lagi sumbu-sumbu dari dimensi kehidupan itu sendiri. Dalam hal ini kedua sisi tersebut saling berlawanan, atau yang satu merupakan tesis dan yang lain merupakan anti tesisnya.
Misalnya saja:
Etis >< Tak etis
Baik >< Tak baik
Luar >< Dalam
Baik >< Buruk
Tinggi >< Rendah
Baru >< Lama
Panjang >< Pendek
Lebar >< Sempit
Positif >< Negatif
Lemah >< Kuat
Kalah >< Menang
Tesis >< Anti Tesis
Depan >< Belakang
Tua >< Muda
Cinta >< Benci
Berat >< Ringan
Atas >< Bawah
Kiri >< Kanan
Masuk >< Keluar
Mengambil >< Memberi
Gampang >< Susah
Dan lain-lain.

Pada matematika pun dikenal dengan dimensi-dimensi pula, misalnya pada dimensi tiga kita tahu suatu posisi titik, misalnya A( x1, x2, x3 ). Sehingga matematika pula mengenal dimensi yang tak hingga, misalnya ke-n ( x1, x2, x3, …, xn ).

Semua sumbu-sumbu dalam dimensi kehidupan maupun matematika saling berinteraksi sehingga dapat ditentukan dimana kita bisa berdiri sebagai manusia, sama seperti titik dalam dimensi matematika. Filsafat-filsafat ini saling kenal, alami, natural, konstektual, dan lain-lain. Hal ini dapat juga menggambarkan gap atau jarak antara apa yang kita pikirkan dengan apa yag kita alami karena dirimu adalah dirimu.

Menjawab Pertanyaan:
1.Tidaklah yang sekarang dan yang akan datang tanpa masa lalu, kecuali kaum fondamentalis.
Contoh: Guru yang mengatakan suatu mata pelajaran yang sudah dipelajari pada jenjang sebelumnya maka tidak perlu untuk diingatkan kembali atau dipelajari lagi.

2.Perbedaan Fital – Vatal.
Kedua hal tersebut bukanlah untuk dibedakan akan tetapi untuk dijalani, dipahami, dan dimengerti.

3.Keselarasan dengan alam.
Dapat dibagi menjadi tiga:
•Interaksi antara pikiran – doa – alam
•Intens dan Extens
•Hanya untuk diri sendiri

4.Jodoh di tangan Tuhan.
Jangankan kitab suci atau para nabi, seorang filsuf Protinus saja menyatakan bahwa semua adalah “luberan” dari Tuhan.

5.Banyak berpikir hanya mendapatkan separuh dari dunia.
Dengan menjalani apa yang menjadi dalam pikiran dan membuat hidup harmoni maka dunia akan bisa lengkap.

6.Agama dihubungkan dengan budaya.
Dalam agama ada budaya.

7.Mengajak agar tidak mencontek, tetapi tidak membuat orang menjadi berpikir yang macam-macam.
Hal ini karena pikiran manusia sering salah pikir sehingga terdapat suatu ke’cacat’an.
Secara spiritual hal ini dikarenakan kurang berdoa, kurang berserah diri pada Tuhan, kurang bersabar, dll.
Secara material hal ini bisa ditunjukkan oleh kekurangan secara fisik (jalan pincang, tuna netra, dll)
Secara formal hal ini bisa ditunjukkan oleh suatu record hidupnya yang bermasalah.
Secara Normatif hal ini bisa ditunjukkan oleh kurangnya unggah-ungguh, tidak sopan dalam masyarakat, tidak menghormati adat masyarakat, dll.

8.Jarak antara Vital dan Fatal.
Hal ini tergantung dari dunia masing-masing.

9.Penilaian yang subjektif.
Menggunakan alat, yaitu teknologi. Selain itu hal ini masih harus tergantung dari siapa yang dinilai, apa yang dinilai, siapa yang menilai, dll.

10.Bagaimana kita bisa hidup pada keberuntungan dari pada ketidakberuntungan.
Doa yang banyak dan selalu berada di sisi Tuhan.

11.Jimat.
Hal ini boleh asalkan dari Tuhan atau malaikat, atau bisa juga sebagai media/ jalan/ cara untuk mencapai Tuhan. Selain itu maka jimat tersebut dari setan.

12.Kita boleh bermitos saat kita masih belum bisa bertanya apa, mengapa, dan untuk apa.

Rabu, 11 Mei 2011

Menjawab Pertanyaan

Kuliah Pak Marsigit – 05 Mei 2011

1. Jika filsafat mempelajari semua hakekat lalu siapa yang mempelajari hakekat filsafat? (Apakah filasafat mempelajari diri sendiri?)
Bagian filsafat:
Ontologi Epistomologi Aksiologi
Ontologi 1 2 3
Epistomologi 4 5 6
Aksiologi 7 8 9

1)Hakekat dari suati hakekat atau bisa dibilang dengan memikirkan pikiran adalah suatu yang merupakan suatu metafisik sehinggal yang tahun hanya Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini berada jauh diluar pikiran manusia biasa karena itu bisa berbahaya jika memasukinya tanpa jiwa dan iman yang kuat.
2)Ontologi dari espitomologi atau hakekat dari hakekat cara (Gadamer), contohnya ritual dari suatu pernikahan bukanlah suatu benar atau salah akan tetapi etik, etika, dan estetika dari epistimologi).
3) Ontologi dari aksiologi atau mengkritisi cara.
4)Epistimologi dari ontologi adalah suatu hal yang tak mungkin karena hal tersebut hanya Tuhan yang tahu.
5)Epistimologi dari epostimologi adalah suatu bagian dimana kita mencari suatu kebenaran metode.
6)Epistimologi dari aksiologi adalah saat dimana kita mempelajari sumber. Apakah sumber kita membenarkan atau menyalahkan sesuatu tergantung dari asal-usul.
7)Aksiologi dari ontologi nilai etika, estetika dan spiritual dari suatu ontologi.
8)Aksiologi dari epistimologi etika, estetika dan spiritual dari suatu metode atau cara.
9)aksiologi dari aksiologi atau bisa dibilang berbicara etik secara etik contohnya pada ritual pernikahan dimana Kiai yang berbicara atau memberi wejangan tentang rumah tangga yang tentunya dengan etika.

2. Bagaimana mengajak orang sholat? Ada teman yang beragama Islam tapi tak mau sholat.
Sholat itu berdimensi, yaitu material-formal-normatif-spiritual. Sedangkan pertanyaan ini termasuk berdimensi spiritual.
Sekarang pertanyaannya adalah mampukah Anda memberi tahu tapi juga mengajarkan, membimbing, dan mengajak? Hal ini dapat dilakukan oleh guru spiritual yaitu orang yang mampu mengajarkan dengan baik tapi juga sekaligus membimbing dan mengajak. Guru spiritual mempunyai potensi dosa yang besar jika tidak mampu mengajar dengan baik karena justru dapat menyesatkan. Contohnya saja, Osama bisa dibilang guru spiritual karena dia mampu mengajak orang-orang untuk mengikuti jalan dia.

3. Bagaimana hati bisa menggerakkan pikiran? Makna dari pertanyaan ini sangat tinggi sehingga kita butuh guru spiritual untuk mampu mencapainya dan tentunya waktu yang tidak sedikit untuk mampu mencapai tahap ini. (Guru spiritual ini dapat membantu kita untuk membenahi cara beribadah, sehingga lebih bisa mencapai tahap selanjutnya.

4.Seberapa krusial filsafat dalam perkembangan suatu bangsa?
Saat pemimpin memanfaatkan filsafat untuk menguasai bangsa tersebut. Contohnya adalah Jerman pada zaman Nazi.

5.Cara memahami karakter siswa dengan cara berkomunikasi?
Dari sisi Bapak Marsigit dengan membaca komen yang ada di blog sehingga bisa untuk bisa dibaca karakternya.

6.Wayang itu layak untuk anak kecil?
Wayang cilik mungkin bisa mengerti aksiologi dan mungkin juga mengerti sedikit tentang epistimologi di dalamnya. Akan tetapi dia terbatas dalam ontologinya karena mereka belajar wayang atau memainkan wayang hanya dari meniru orang dewasa yang memainkannya terlebih dahulu.

7.Menghilangkan rasa panik dan gugup?
Isthigfar, mohon ampun, berdoa dan berserah diri yang khusuk kepada Tuhan, cari guru spiritual yang tidak hanya memberi tahu tapi mampu menuntun, mengajarkan, dan mengajak.

8.Apa hubungan sejarah dengan filsafat?
Sejarah – yang tadi atau yang telah berlalu
Filsafat – yang tadi, sekarang dan yang akan datang.

9.Mesin waktu?
Contoh mesin waktu adalah kamera foto karena dia mampu mengabadikan yang tadi.

10.Filsafat dari gending Jawa?
Harmoni  salah satunya dalah sadar ruang dan waktu.
Misalnya semua instrumen memiliki fungsi yang berbeda tetapi terhubung oleh harmoni tersebut. Semua tersebut selaras dengan lingkungan.

11.Bagaimana Syeh Siti Jenar bisa menganggap dirinya Tuhan?
Apa dirimu pernah mengalami khusuk secara dalam sehingga kamu merasa seakan-akan sudah mengatu dengan Tuhan. Jika pikiran masih mampu berjalan maka hal tersebut sebenarnya salah, karena saat yang paling tinggi saat kita berserah diri dan berdoa yang khusuk saat kita sudah tak mampu lagi mengontrol pikiran. Saat dia sudah turun dan pikirannya sudahkembali kekeduniaan dan dia menyebut dirinya Tuhan sesungguhnay semua itu adalah kesombongannya.

12.Bagaimana orang bercirikan bijaksana?
Semua filsuf sebenarnya berusaha untuk menjadi bijaksana akan tetapi sesungguhnya kebijaksanaan hanya milik Tuhan dan orang-orang yang ditunjuk-Nya.
Ciri orang bijaksana itu tergantung dari ruang dan waktunya.
Orang barat menganggap orang yang bijak dalam filsafat adalah orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu. Sedangkan orang timur menganggap orang yang berilmu, rasa karsa, dan menerapkan ilmunya atau orang yang memberi ilmu dalah orang yang bijaksana.

13. Bagaimana bisa meningkatkan kreatifitas dari siswa?
Syarat dasar dari kreatif adalah merdeka, akan tetapi kebebasan atau kemerdekaan yang berlebihan bisa malah jadi boomerang tersendiri jiak siswa tidak mempu memanfaatkan dan memaknai kebebasan dengan tanggung jawab.

14.Bagaimana bisa sopan terhadap ruang dan waktu?
Kita tidak bisa menghargai atau menghormati waktu secara terus menerus, ada waktunya kita mengabaikan waktu yang satu untuk yang lainnya. Kita akan mengabaikan waktu akan tetapi juga menghargai waktu pada saat yang sama. Karena hidup termasuk dalam reduksi atau pilihan. Misalnya saja kita mengabaikan waktu untuk di rumah dan berkumpul dengan keluarga karena kita kuliah, kita mengabaikan waktu untuk bermain karena sekolah, dll.

15.Antara hati dan pikiran apakah harus berjalan seimbang?
Dimensi hati



Bagan di atas menunjukkan bahwa spiritual dalam hati atau ketuhanan yang kuatlah yang akan membimbing kita dalam kehidupan.

Rabu, 27 April 2011

Filsafat Matematika dan Filsafat Pendidikan Matematika

Kuliah Pak Marsigit – Kamis, 21 April 2011

Fenomena yang terjadi sehari-hari dari jaman dulu hingga sekarang sudah menjadi perhatian masyarakat. Kemudian dari persoalan sehari-hari muncullan persoalan yang memiliki hubungan reat dengan permasalahan matematika. Pada zaman Yunani pun, orang Yunani sudah memikirkan bahwa matematika yang berasal dari kehidupan sehari- hari membutuhkan suatu langkah untuk bisa memahaminya lebih jauh. Oleh karena itulah muncul abstraksi dan idealisasi sehingga diperoleh bukti.

Dari sisi lain, alam transenden pikiran manusia yaitu alam yang noumenanya sampai tidak bisa untuk dijelaskan oleh alam. Maka dari hal tersebut diperoleh sifat apakan hal tersebut itu tetap (permenides) karena ada dalam pikiran kita, atau berubah (heraklitos) atau berasal dari kehidupan sehari-hari yang berubah dari waktu ke waktu.

Hal ini menghasilkan pertanyaan mulai dari sistem, struktur, banguan, yang kesemuanya akan membangun suatu fundamental. Hal tersebut dapat dijelaskan atau diuraikan dari sini dengan pahamentalis (sesuatu yang sudah jelas) atau dari sesuatu adanya awal (intuisionism).

Semua hal tersebut di atas akan menghasilkan matematika yang tunggal, dual, multi, atau pluralisme. Kesemua bagian matematika tersebut dapat di bagi dalam dua hal, yaitu abtrsak dan relatif. Kemudian untuk bisa lebih mendalami keduanya dalam filsafat kita harus berpikir secara intensif (dalam sedalam-dalamnya) dan luas seluas-luasnya. Dengan cara tersebut klita akan mendapatkan ontologi, estimologi, dan astimologi dari matematika itu sendiri.

Hilbert yang merupakan bapak matematika lebih menganggap atau melihat matematika dengan jalan foundamentalis, formalis, aksiomatis, konsisten, tunggal, pasti, dll. Kesemua hal tersebut merupakan bagian dari matematika yang terbebas dari ruang dan waktu. Matematika yang seperti ini bersifat absolut, bersadarkan identitas, konsisten, dan tunggal, serta koheren atau kebenaran berdasarkan fakta. Tulang punggung dari ilmu ini adalah matematikawan. Banyak sekali perguruan tinggi yang menganut paham yang sama seperti UGM, ITB, UI, dan IPB.

Di lain sisi, ada kehiodupan sekolah yang masih terikat oleh ruang dan waktu. Hukum dari matematika yang terikat ruang dan waktu adalah kontradiktif, relatiuf, plural, dan korespondensi. Tulang punggung dari matematika ini adalah pendidik dan psikologi. Sedang perguruan tinggi yang menjujung sistem matematika seperti ini antara lain UNY, IKIP, SEKOLAH, dan SISWA.

Hal ini, sangat terlihat jelas bahwa kedua bagian matematika ini sangatlah berbeda. Hal ini membuat banyaknya terjadi kegagalan dalam pembelajaran matematika sekolah. Karena banyak golongan matematikawan yang notabene menggunakan matematika Helbert yang tidak terikat oleh ruang dan waktu untuk anak sekolah yang matematikanya masih terikat ruang dan waktu. Hal ini yang banyak membuat terjadinya kegagalan UN dan lain sebagaianya.

Oleh karena itu, matematika yang berasal dari realistik matematik atau matematika yang berdasarkan realistik memberikan bagan gunung berapi seperti di bawah ini:


Misalnya saja, Hukum Euler.
Banyak sisi + banyak tutuk sudut = banyak rusuk + 2

Para peserta didik tingkat SD hanya akan menggambarkan suatu bangun datar dalam kertas berkotak saja.
Kemudian siswa SMP akan membuat tabel untuk menghitungnya.
Sedangkan, mahasiswa akan diminta untuk membuktikannya secara ilmiah.
Hal ini sesuai dengan bagan alur dari matematika realistik, yang mana peserta didik yang masih tingkat dasar akan mendapatkan pelajaran matematika yang berada disekitarnya atau yang membiliki benda konkrit karena kita tahu betul bahwa pikiran mereka masih tidak mungkin mencapai hal-hal yang absrtak.

Matematika dapat dilihat dari beberapa cara:
Maematika dari hakekatnya
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan kesadaran kita di depan. Bisa juga dengan cara mencari contoh yang bersesuaian, seperti hakekat angka 2. Contoh yang bersesuai untuk bisa mengetahui hakekatnya misal kaki kita dua, orang tua kita dua, mata ada dua, dst. Dalam matematika 2 itu tidak bermakna tetapi jika dilihat dari filsafat, 2 memiliki makna.

Kemudian saat kita sudah mulai mengerti suatu elemen dari matematika kita bisa menyebutnya sebagai potensi. Seperti halnya angka 2, 3, 4, dst merupakan potensi. Saat kita menambahkan dua bilangan tadi, misal 2+3 maka akan berubah menjadi suatu fakta yang merupakan bagian dari suatu proses. Setelah itu, kita mendapat 2+3=5 yang merupakan hasil. Contoh lain adalah



Matematika yang dilihat dari subjeknya (pelaku)
Bagaimana dalam mendapatkan pengertian matematika? Ada, dua jalan yaitu secara vertikal dan horizontal. Vertical way dengan cara abstrak, sedangkan cara Horizontal way dengan cara menggunakan alat peraga. Seperti halnya Gestalt yang menjelaskan tentang cara menegrti matematika yaitu dengan deduksi dan induksi.

Deduksi adalah pembe;ajaran matematika yang merupakan dari umum ke khusus. Seperti kita pelajari dulu kubus, kemudian, bidang persegi, garis dan titik yang terakhir. Sedangkan metode induksi belajar dari detail ke umum. Kebalikan dari deduksi, kita pelajari dulu titik, kemudian ke garis, bidang persegi dan kubus. Akan tetapi metode induksi tidak mampu memenuhi skema kognisi sehingga deduksilah yang digunakan oleh sosio constuktifis. Alat peraga adalah alat untuk mengembangakn skema kognitif, agar siswa dapat lebih berkembang lagi dalam berpikir dan dapat menemukan sendiri ilmu dia. Alat peraga ini, diharapkan atau malah diharuskan agar bisa relefan dan dapat membantu peserta didik dalam pembelajaran.

Rabu, 13 April 2011

Abstraksi

“Kuliah oleh Pak Marsigit”

Salah satu cara untuk berfilsafat adalah dengan menggunakan pikiran dan berabstraksi. Sedangkan, abstraksi di dalam matematika adalah proses untuk memperoleh intisari konsep matematika, menghilangkan kebergantungannya pada objek-objek dunia nyata yang pada mulanya mungkin saling terkait, dan memperumumnya sehingga ia memiliki terapan-terapan yang lebih luas atau bersesuaian dengan penjelasan abstrak lain untuk gejala yang setara. Selain itu, abstraksi juga merupakan suatu cara melihat suatu objek dalam bentuk yang sederhana dan menjelaskan makna sebuah entitas secara cepat dan mudah.

Dalam filsatat Aristotelian dan Skolastik abstraksi adalah proses yang memungkinkan ide-ide universal dijadikan milik pikiran. Pikiran menerima sebuah data inderawi atau fantasma dan menarik keluar bentuknya (forma) yang, dengan demikian, menyediakan sesuatu yang universal bagi penggunaan intelektual. Sedang, Hegel memahami pengertian abstrak sebagai sesuatu yang terlepas sama sekali dari relasi, yakni suatu kesatuan yang bersifat eksklusif terhadap semua perbedaan. Sesuatu yang konkret ialah sesuatu yang terpaut secara penuh dengan semua hubungan, yakni kesatuan dengan merangkum semua perbedaan.. Sehingga, abstraksi adalah suatu cara untuk dapat menggambarkan sesuatu dalam dunia nyata ke dalam pikiran kita.

Dalam tulisan ini, abstraksi akan digunakan untuk menerjemahkan bumi karena bumi bergerak dalam ruang dan waktu. Salah satu bentuk abstraksi dari bumi adalah titik. Jika titik kemudian diletakkan dalam pikiran maka akan jadi suatu objek pikiran, akan tetapi bisa juga menjadi objek di luar pikiran. Jika objek berdasarkan pengalaman maka titik dikaitkan dengan ruang dan waktu, dia bisa menjadi potensi dan kenyataan. Kemudian, dikembangkan lagi abstraksi salah satu contoh titik yang ditarik akan menjadi garis (titik adalah potensial dan garis adalah faktanya), titik yang ditarik melingkar akan menjadi lingkaran (titik adalah potensial dan lingkaran adalah faktanya), dan seterusnya. Selain itu, kita bisa menambahkan kesadaran dalam mengabstraksi titik tersebut sehingga titik tersebut jadi punya makna, misalnya titik jadi seseorang, sebidang tanah, kota, dunia, garis, dan lain-lain.

Kita mencoba untuk memahami dunia dengan pandangan terhadap suatu bola, akan tetapi bola belum bisa menggambarkannya secara penuh. Hal ini karena kita tahu bahwa dunia itu tidak diam saja akan tetapi menglilingi matahari dan berputar pada porosnya juga. Maka kita mengabtraksikan sebuah titik dan mengembangkannya menjadi sebuah spiral kemudian menempatkan dunia tersebut pada garis spiral tersebut yang merupakan jalurnya untuk mengelilingi matahari. Tambahkan pula titik lain yang berada di bidang dalam spiral dan menyebutnya sebagai matahari, dan serta benda-benda lainnya.
Analogi yang digunakan untuk menerjemahkan bumi adalah bumi mengelilingi matahari dan berotasi pada porosnya. Tetapi semua itu masih ada di dalam pikiran saja, dan pikiran masih merupakan separuh dari dunia. Separuh dunia yang lain adalah fakta, realita, pengalaman, dll. Separuh dunia ini bila ditambahkan dengan teknologi maka dalam pikiran akan tercipta seuatu konsep. Contoh konsep tersebut adalah konsep suatu grafik dalam statistik yang bisa dibilang merupakan gambaran nyata dari konsep Jawa pada umumnya.

Pada konsep statistika di sana terdapat standar deviasi sebagai batas dari keputusan sedangkan dalam konsep masyarakat Jawa atau umumnya, terdapat sebuah batas toleransi. Jika seseorang sudah melewati batas toleransi tersebut, bisa dibilang dia merupakan seseorang yang bermasalah. Dalam masyarakat Jawa orang yang bermasalah ini salah satu cara untuk membenarkan lagi adalah dengan cara dibersihkan atau diruwat. Pada jaman yang dahulu atau bahkan jaman sekarang masih, saat orang diruwar biasanya akan dipanggilkan wayangan dan menggelar pergelaran agar orang tersebut menjadi bersih kembali dan tidak bermasalah.

Namun, diruwat bisa juga dengan cara dijelaskan. Hal ini akan membuat orang tersebut jadi lebih mengerti akan kesalahan atau kejanggalan yang membuat dia menjadi bermasalah pada awalnya. Orang yang dianggap bermasalah bukan hanya orang yang kekurangan, tetapi orang yang kadang berlebihan juga bisa disebut juga dengan bermasalah. Hal itulah penjelasan adalah suatu yang penting untuk bisa memecahkan permasalahan. Konsep dalam masyarakat jawa lebih memilih menjadi orang yang pada umumnya karena dengan demikian dia akan bisa diterima oleh masyarakat sekitarnya dan menjadi lebih bahagia.

Filsafat adalah ilmu yang bisa juga disebut merefleksikan diri dan berusaha untuk menjelaskan agar tidak terjadi mitos. Suatu mitos yang tidak mampu dijelaskan akan bisa menjadi suatu dogma atau otoritarian.

Daftar Pustaka

Herison. Abstraksi, Kelas dan Objek Dalam Bahasa C++ (1). Diunduh tanggal 13 April 2011 pukul 21:56 WIB dari: http://goblog.herisonsurbakti.com/2009/05/08/abstraksi-kelas-dan-objek-dalam-bahasa-c-1/

Wikipedia. Abstraksi (matematika). Diunduh tanggal 13 April 2011 pukul 21:58 WIB dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Abstraksi_%28matematika%29

Kamus Filsafat. ABSTRAKSI. Diunduh tanggal 13 April 2011 pukul 21:50 WIB dari: http://kamus-filsafat.blogspot.com/

Jumat, 18 Desember 2009

The Power of Category and Networking

Based on Kant (1771) in human mind there are quantitative, qualitative, category, and relationship. We take an example of a title, “Mathematics Education Phenomena” there will have intension from mind to that and it starts form awareness. There will have so many things to think, but on this case we just need to know about its shape, length, weight, and so on. Character that is not have a relation with mathematics, we put them in epoche house. Epoche house is a place that we use to put other characteristic that we don’t need from mathematics. Characteristic that we put in epoche house are, the smell, the color, and so on. Then we need other characteristic that mathematics has abstraction and idealism. Abstraction is where our mind describes what we have seen on reality into something that can we imagine. And idealism is think every mathematics objects are perfect. We can say there is no totally straight line, but because of idealism from mathematics characteristic we can say that is straight line.

Mathematics Education Phenomena, this is still matter a phenomena. If we want make this phenomena become science of teaching learning mathematics we need “bottom to top” mind. Bottom to top means there are references we need to get the theory of what we get in mathematics phenomena. The references are some theories, from books, journal, research report, etc. There are so many science of teaching learning mathematics, we can take an example of “student’s mathematics thinking” and we take the theory of Katagiri (2004) assume that student’s mathematics thinking has three aspects, there are attitude, method, and content.


Pattern Problem Solving Investigation Communication


Attitude V V V V

Method V V V V

Content V V V V


From that table we can say that we need attitude, method, and content to make a pattern. We need all of those three when we make problem solving, do an investigation, and have a communication either.
We need to bring the result of our research to the previous to get evidences and we make a step forward to make analysis. And we can get instrument from that table above, there are so many types of instrument of research there are observation that can be check list, essay, etc, then questions to the teachers, questions to the students, and so on.

Then we need to analysis the product that we get from the instrument to reduce conclusion.

Minggu, 15 November 2009

How to Uncover the Psychology Phenomena

Sometimes person or people get traumatic. Traumatic is something not there to be there, or something there being omitted. Traumatic is one of indication of soul that has a connection with psychology. The other description about traumatic is strange attitude that has a hidden purpose so person that see or face that kind of mysterious puzzle will get traumatic. Traumatic makes person feel scared of something, even sometimes they scared of something nothing. They cannot pull it out of their head because always remember of what they have been through. We can say traumatic has two ways, it is positive traumatic and negative traumatic. It is depend on what happened to them and what their reflection when face this kind of event.
The solution to control traumatic is communication. There is a communication between people that get traumatic so that he/she can escape from that feeling. The problem arises when there is a different perception to see an event, first person assume that it is wrong but second person say it is alright. Different assumption can happened because of different level of communication. Different level communication divided into two types, first high level communication and then low level communication. In high level communication a person can understand a conversation quickly and with deep understanding. But in low level communication there is only simple communication because they won’t understand or even don’t care with a higher term.
Another difference is an activity. People that always have a daily work in an office don’t want to talk about something too long or too hard because they have a schedule that cannot be missed. A person, having so much free time from their activity, likes to think something deeply to do tomorrow because they want to try everything.
An effective communication is a dynamics communication, so it is flexible and contextual. Communication should follow the people who have conversation and see about time and place where it’s used by people. An effective communication makes people get readiness, in education makes student become apperception, and in philosophy make people get awareness. Apperception from student come from sensation, sensation coma from the five senses, and then it grows into perception, after that become a concept that always being held in their life. Then concept becomes an apperception of their life.
Traumatic can happen to everyone and can happen in every aspects of life. In politic traumatic can be assumed as authoritative. Authoritative means cannot be explained. In philosophy, traumatic can be assumed as accident. People who get accident in their life can shock their life and get traumatic.
In this side, psychology tries to fight against authoritative on object (student) so that will not give student traumatic. Student can learn with their will to see the world without fear of something that thay get from school, from teacher or from their lesson. They will free their mind to express what they know, and teacher will help them to find the way.